Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena bullying di era digital semakin meningkat, menciptakan tantangan baru yang kompleks di dunia maya. Dengan semakin meluasnya penggunaan media sosial dan platform digital, perilaku bullying tidak hanya terjadi di sekolah atau lingkungan fisik, tetapi juga di dunia virtual yang sulit dijangkau oleh banyak orang tua dan pendidik.
Untuk mengedukasi masyarakat mengenai hal tersebut PKK POKJA 1 Kalurahan Triharjo mengadakan kegiatan dengan judul "Bullying di Era Digital: Tantangan Baru di Dunia Maya" bersama narasuber ... pada hari Minggu (20/10/2024).
Dampak bullying digital sangat serius dan dapat memengaruhi kesehatan mental korban. Menurut laporan dari World Health Organization (WHO), anak-anak dan remaja yang menjadi korban cyberbullying lebih rentan terhadap depresi, kecemasan, dan bahkan risiko bunuh diri. Selain itu, bullying digital juga dapat mengganggu proses belajar dan mengakibatkan penurunan prestasi akademik.
Media sosial berperan besar dalam menyebarluaskan bullying digital. Platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok sering kali menjadi arena di mana perilaku bullying terjadi. Dalam satu survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, sekitar 59% remaja di AS melaporkan pernah mengalami bullying di dunia maya. Ini menunjukkan betapa umum dan meresahkan fenomena ini.
Salah satu tantangan terbesar dalam mengatasi bullying digital adalah kurangnya pemahaman di kalangan orang tua dan pendidik. Banyak orang tua merasa tidak memiliki keterampilan atau pengetahuan untuk memantau aktivitas online anak-anak mereka. Selain itu, banyak sekolah belum sepenuhnya menerapkan kebijakan yang efektif untuk menangani bullying digital.
Untuk melawan bullying di era digital, diperlukan kolaborasi antara orang tua, pendidik, dan penyedia platform digital. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:
Edukasi: Mengedukasi anak-anak dan remaja tentang bahaya bullying digital dan pentingnya empati dalam berinteraksi di dunia maya.
Pengawasan: Orang tua perlu lebih aktif dalam memantau aktivitas online anak-anak mereka, sambil tetap menjaga komunikasi terbuka.
Kebijakan Sekolah: Sekolah harus mengembangkan kebijakan yang jelas mengenai bullying digital dan memberikan pelatihan kepada guru tentang cara menangani situasi ini.
Dukungan Psikologis: Menyediakan dukungan psikologis bagi korban bullying dan mereka yang berisiko, agar mereka merasa aman untuk berbicara dan mencari bantuan.
Bullying di era digital merupakan tantangan yang kompleks dan memerlukan perhatian serius dari seluruh masyarakat. Dengan pendekatan yang tepat dan kolaborasi antara semua pihak, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung bagi generasi muda. Sebuah dunia maya yang bebas dari bullying bukan hanya impian, tetapi bisa menjadi kenyataan jika kita bersama-sama berkomitmen untuk menghapuskan perilaku ini.